Langsung ke konten utama

Quo Vadis Cinta (bagian I)

 


22 Kasus bunuh diri sudah terjadi. Semua orang prihatin. Media juga prihatin. Literasi mulai dilakukan. Beberapa judul berita juga mengindikasikan bahwa kepedulian media mulai ditunjukkan dengan serius. Semua judul berita mulai diawali dengan literasi. 

Kasus terakhir misalnya media mulai menyebut dalam judulnya kasus bunuh diri tidak untuk ditiru atau bunuh diri bukan solusi. Pemerintah dan tokoh masyarakat juga sudah angkat bicara. Semua setuju, fenomena bunuh diri yang terjadi di daerah ini  patut diberikan perhatian serius.

Jika diperhatikan,, beberapa kasus yang terjadi sebabnya soal cinta. Soal cinta adalah soal klasik dan juga rumit.

Kasus bunuh diri pertama di Tahun ini dilakukan wanita berinisial WMI yang juga pegawai salah satu Bank Nasional. WMI tewas setelah meminum racun tikus. Walaupun polisi tidak menyimpulkan bahwa penyebab kematian WMI namun dari beberapa penjelasan saksi kemungkinan besar WMI bunuh diri diduga karena soal cinta.

Setelah WMI, beberapa kasus bunuh diri diduga karena cinta diantaranya DL ditemukan tewas gantung diri di pohon jati di daerah limboto barat, Anggota Polisi berinisial RF bunuh diri dengan cara menembak bagian kiri dadanya sendiri, Pria berinisial EB warga Bulotadaa Barat, Mahasiswi berinisial SD, dan terakhir pria berinisial JMU juga gantung diri diduga karena cinta.

Ada apa dengan cinta? Mengapa hanya karena soal cinta orang begitu berani menghabisi nyawanya sendiri.

Menurut para psikolog cinta bukanlah alasan utama seseorang bunuh diri. Masalah cinta hanyalah trigger. Pelaku bunuh diri memang telah memiliki beban hidup yang terlalu banyak sehingga ketika soal cinta itu datang bersamaan maka jalan yang diambil adalah bunuh diri.

Dalam konteks ini maka cinta tidak bisa disalahkan. Cinta tidak bisa dijadikan kambing hitam. Cinta adalah cinta. Cinta adalah puncak dari kebahagiaan. Cinta dalam bentuk apapun.  Begitu kata para filsuf.

Namun memang cinta adalah bentuk nafsu yang harus dikendalikan, ditaklukkan dan dialirkan dengan cara yang pas. Manusia yang bisa mengendalikan cinta adalah manusia yang bahagia.

Rene Descartes menyebut cinta adalah bagian dari nafsu badaniah. Menurutnya ada 6 nafsu badaniah yang perlu ditaklukkan manusia jika ingin tenteram dan bahagia. 6 nafsu itu adalah Cinta, kekaguman, gairah, kebencian, kegembiraan dan kesedihan.

Dalam pandangan Yunani kuno, ada 7 bentuk cinta yang dialami manusia dan harus ditaklukkan dengan benar. Pertama adalah Eros.........(bersambung)















Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Cara Menghadapi Auditor BPK, Nomor 3 Paling Ampuh

  Setiap tahunnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa laporan keuangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.  Kewenangan BPK tersebut merupakan amanah pasal 23 ayat (5) UUD 1945.  Bagi Daerah sebetulnya audit BPK ini juga sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan yang lebih baik. Karena setelah melakukan pemeriksaan BPK akan mengeluarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dalam 3 Buku sekaligus. Buku I: berisi opini terhadap laporan keuangan entitas yang diperiksa, laporan keuangan (audited) entitas yang diperiksa, serta gambaran umum pemeriksaan. Gambaran umum pemeriksaan terdiri dari dasar hukum, tujuan, sasaran, standar, metode, jangka waktu, objek, dan batasan pemeriksaan. Apabila publik ingin melihat opini yang diberikan BPK pada laporan keuangan, dapat dilihat pada halaman-halaman aw...